Kei Ochiai sehari-hari berjualan barang bekas, mencari barang bekas, menawarkan kepada pembeli barang bekas di sekitar Tokyo dan Yokohama menggunakan truk kecilnya.
Usianya mendekati 50 tahun. Sekitar 20 tahun lalu, setelah Ia ke luar dari penjara, dia mengaku bersih dari narkoba atau pun sindikat kejahatan yang biasa dikenal dengan nama Yakuza.
Saat usianya 19 tahun pada usia itu Ia sudah punya banyak uang. Lalu Ia mulai mencoba-coba narkoba (kakuseizai) methamphetamine yang sangat kuat itu. Ia berbohong dengan orang-orang sekelilingnya, hingga usianya 25 tahun istrinyapun mulai meninggalkannya dan Ia masuk penjara karena kejahatan yang Ia lakukan," demikian papar Kei Ochiai kepada Judit Kawaguchi yang dimuat The Japan Times.
Setelah pernah mengalami kecanduan narkoba Ochiai berniat untuk berhenti, Ochiai berpikir untuk berhenti Ia harus bergabung dengan Yakuza karena ada kelompok Yakuza yang tak menyentuh narkoba.
"Saya gabung dengan kelompok Yakuza itu dan benar, mereka menaruh satu orang untuk terus-menerus mendampingi saya supaya saya tidak kecanduan narkoba lagi. Bahkan sampai ke kamar mandi, saat tidur, sampai ke toilet saya diikuti terus. Pintar sekali cara mereka. Saya tahu, tanpa Yakuza mungkin hidup saya sudah berakhir saat ini," Ungkapnya.
Ochiai bergabung dengan Yakuza yang spesialis perjudian. Meskipun kecanduan narkoba dan membantu Yakuza di bidang judi, "Saya tak pernah membohongi atau menipu orang lain. Semua selalu saya lakukan langsung terus terang kepada orang yang saya targetkan. Saya membantu Yakuza khususnya di bidang perjudian balapan kuda. Saya dapat komisi dari penjualan kupon judi balapan kuda. Tentu saja ilegal cara tersebut karena dilakukan Yakuza. Namun si pembeli tak peduli, yang penting saya jujur, kalau menang ya saya berikan uangnya kepada si pemenang dengan jujur sesuai janji, saya hanya dapat komisi saja."
Semua orang senang atas kerja yang Ochiai lakukan, hanya satu pihak yang tak senang yaitu pemerintah karena Ia melakukan secara ilegal. Maka suatu waktu Ochiai tertangkap polisi dan masuk penjara selama kira-kira dua tahun 10 bulan. Di Jepang, tambahnya lagi, banyak penipuan lewat telepon, berpura-pura teman anaknya, menelpon orangtua si anak minta uang karena sedang emergency, lalu orangtua mengirimkan uang ke rekening yang disebutkan si penelpon. Penipuan ini biasa dijuluki oreoresagi.
Setahun lebih dari 9,4 miliar yen terjadi oreoresagi kepada orang usia lanjut lewat telepon, kasihan sekali. Para penelpon jarang yang tertangkap. Dilakukan satu kelompok kejahatan penipuan tersebut. Tetapi Ochiai tak pernah melakukan hal itu.
Setelah Ochiai ditangkap polisi dan dimasukkan ke penjara, dia hanya berpikir untuk merasakan, menikmati saja penjara yang dimasukinya, "Penjara Jepang sangat enak. Banyak yang suka dipenjara di Jepang. Saya dapat kamar saya sendiri, senang sekali bisa bekerja membuat furniture di penjara, ikut nyanyi karaoke di penjara, makanan enak dan waktu yang banyak untuk membaca. Satu-satunya kelemahan penjara Jepang ya, saya tak bisa dapat pacar saja," ungkap Ochiai sambil tersenyum.
Saat ini Ochiai mengakui semua cerita kehidupannya di share kepada setiap orang yang merasa bisa tertolong bila dengar ceritanya, termasuk keluarganya, anaknya pun diceritakan kehidupannya supaya mereka tidak jatuh dalam kesalahan seperti yang dilakukan ayahnya.
"Anak-anak adalah aset sangat berharga, mereka sangat pintar dan pasti tahu dan bisa mengembangkan diri dengan baik dengan mengetahui pengalaman saya ini yang diceritakan kepada mereka. Saya senang dan ingin sekali membantu para anak muda," ia menekankan.